PRABUMULIH, KS – Kasus kelumpuhan NA (16), seorang siswi SMA Negeri di kota Prabumulih pasca operasi ambeien di salah satu Rumah Sakit (RS) swasta setempat mengundang perhatian pihak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Prabumulih.
Menyikapi persoalan tersebut, para wakil rakyat itu menyoroti manajemen dari pada RS serta profesi dokter khususnya dokter yang menangani operasi terhadap NA hingga pasien tersebut mengalami kelumpuhan.
Hal ini seperti disampaikan langsung oleh Ketua DPRD Kota Prabumulih, Sutarno SE didampingi Wakil Ketua I, H Ahmad Palo SE dan Wakil Ketua II, Ir Dipe Anom di ruang kerja Wakil Ketua, Rabu (9/3/2022).
“Kita akan berkoordinasi dengan Dinkes, kenapa bisa terjadi seperti itu,” kata Ketua DPRD Kota Prabumulih, Sutarno SE.
Ia mengatakan, bahwa hal ini menjadi pembelajaran untuk semua, khususnya pihak RS yang menjadi tempat penanganan operasi medis pasien tersebut.
Oleh karena itu, lanjut dia, dalam hal ini pihaknya mengimbau kepada pihak rumah sakit, untuk memberikan informasi seluas-luasnya kepada masyarakat terkait persoalan tersebut.
DPRD Prabumulih meminta kepada pihak rumah sakit untuk transparansi dalam memberikan informasi mengenai peristiwa itu.
“Kalaupun memang benar ada hal itu, berikanlah informasi yang se-transparan mungkin,” tegasnya.
Diberitakan sebelumnya, NA (16), siswi SMA Negeri di Kota Prabumulih awalnya hanya sakit ambeien, lalu dibawa berobat ke salah satu Rumah Sakit (RS) di Kota Prabumulih. Bukannya sehat justru mengalami kelumpuhan pada bagian kaki pasca menjalani operasi ambeien.
Akibatnya, gadis remaja yang tinggal bersama orangtuanya di Jalan Anggrek Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Prabumulih Timur, Prabumulih itu, kini seperti layaknya orang lumpuh yang hanya bisa terbaring ditempat tidurnya.
Bahkan aktivitasnya sebagai pelajar, serta untuk buang air besar maupun air kecil sulit ia lakukan dan terpaksa harus dibantu oleh kedua orang tuanya.
“Semula kami mengira masih dalam pengaruh anestesi (suntik bius) tapi ternyata, meskipun sudah berhari-hari tetap saja kedua kaki anak kami tidak bisa digerakan (lumpuh),” ungkap Usman alias Memen, orang tua korban saat gelar jumpa pers di Sekretariat PWI Kota Prabumulih, Selasa (8/3/2022) kemarin. (dn)