PRABUMULIH, KS – Giliran warga dari Kelurahan Muara Dua Kecamatan Prabumulih Timur Kota Prabumulih, Sumatera Selatan (Sumsel), melakukan demo menuntut pembayaran kompensasi dampak kegiatan Seismik 3D PT Bureau Geophysical Prospecting (BGP) Indonesia.
Dalam aksi puluhan warga yang digelar pada Rabu (6/3/2022) siang tadi, massa diduga melakukan sabotase Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) dengan mematikan Power Plan TLJ di kawasan Talang Jimar Kelurahan Muara Dua, Kota Prabumulih.
Tak pelak seluruh aliran listrik khususnya di Perkantoran PT Pertamina Hulu Rokan Zona 4 sempat padam lebih kurang selama 1,5 jam. Bukan itu saja, hampir seluruh kegiatan produksi pengeboran sumur minyak juga ikut terhenti.
“Kami minta pertamina turun tangan. Karena BGP bekerja untuk pertamina,” sebut salah seorang di antara puluhan warga dalam aksi unjuk rasa berlangsung di lokasi tersebut.
Beruntung aksi tuntutan warga tersebut cepat ditanggapi oleh Head Of Comrel & CID Zona 4, Tuti Dwi Patmayanti yang didampingi Kabag Ops Polres Prabumulih, Kompol Helmi dengan langsung menemui para pengunjuk rasa untuk mengajak perwakilan warga berdiskusi di Kantor Prabumulih Field.
Dalam pertemuan itu, disepakati PT BGP akan mengeluarkan hasil penghitungan kerugian paling lama 2 hari pasca pertemuan.
“Kami tunggu dua hari janjinya, kalau masih ingkar warga mungkin akan terulang lagi (sabotase, red) yang lebih besar lagi,” ucap Muslim, salah seorang pengunjuk rasa.
Sementara itu, Head Of Comrel & CID Zona 4, Tuti Dwi Patmayanti melalui Field Comrel dan CID Zona 4, Erwin Hendra Saputra didampingi Nursiela menjelaskan, hasil mediasi antara warga Kelurahan Muara Dua dengan PT BGP ditengahi Pertamina dan Polres Prabumulih diketahui bahwa PT BGP akan menyampaikan hasil penghitungan kerugian warga atas kegiatan seismik yang dilakukan oleh Zibang minimal 2 hari pasca pertemuan mediasi.
“Minimal dua hari kedepan,” kata Erwin saat dibincangi awak media usai mediasi tersebut.
Terkait dampak dari aksi sabotase pemadaman power plant, Erwin juga menyebutkan, bahwa hal itu menyebabkan terhentinya aliran listrik ke perkantoran milik Pertamina serta aktivitas pengeboran sumur minyak.
“Kalau soal itu berhubungan dengan kegiatan lampu, listrik perkantoran dan pompa serta sumur. Untuk kerugian lagi pendataan dari pihak petroleum oil, jadi bagian produksi yang akan mendata itu, sekarang lebih prioritas menghidupkan sumur,” bebernya. (dn)